Tuesday, May 26, 2009

Lingkungan Fisik kerja

Lingkungan fisik kerja dalam Pendekatan dari Human factors (Ergonomi) merupakan aplikasi sistematis dari sejumlah informasi yang relevan dari kemampuan, keterbatasan, karakteristik, tingkah laku, dan motivasi manusia untuk merancang peralatan dan prosedur yang digunakan serta lingkungan kerja yang dipakai.
Dalam bekerja, seseorang akan berada dalam lingkungan fisik kerja tersebut dalam waktu tertentu. Sehingga diperlukan suatu kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang baik. Kondisi lingkungan fisik kerja yang tidak nyaman akan membuat seorang pekerja mengeluarkan tenaga lebih untuk beradaptasi, sehingga konsentrasinya akan terbelah antara pekerjaan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini akan lebih mempercepat terjadinya stress pada pekerja. Maka dari pada itu, merupakan suatu hal yang penting untuk mempertimbangkan seluruh aspek lingkungan fisik kerja pada saat proses perancangan stasiun kerja
Produktivitas dan mutu kerja karyawan dipengaruhi faktor-faktor yang terkait dengan lingkungan kerja; antara lain beban kerja berlebihan yang tidak dapat diperkirakan, perubahan-perubahan di akhir waktu yang dirancang, kurangnya peralatan yang sempurna, dan tidak efisiennya alir kerja. Dengan demikian, penting untuk menjamin bahwa kerja itu dirancang untuk mencapai produktivitas dan mutu maksimum. Beberapa strategi untuk merancang lingkungan kerja dalam memenuhi tujuan organisasi yaitu tercapainya mutu dan produktivitas tinggi. Strategi dimaksud antara lain; rancangan tempat kerja atau ergonomik, komputerisasi dan mesin otomatik, dan rancangan pekerjaan ( pengayaan, perluasan, dan rotasi pekerjaan),
Strategi Perancangan Kerja Kembali:
 Perbaikan alur kerja yang jelas.
 Pengurangan gerak fisik yang berulang-ulang yang menyebabkan mudah lelah.
 Menyesuaikan sinar lampu dengan kondisi ruangan kerja.
 Membolehkan karyawan untuk melakukan kegiatan pribadi di sekitar tempat kerja.
 Menggunakan warna ruangan kerja yang menyenangkan.
 Menyediakan kantor privat dan ruang kerja nyaman.
 Menyediakan tempat atau ruang istirahat.
 Penyusunan, penyesuaian dan pemindahan peralatan, bagian-bagian pokok dan ruang kerja.
 Menempatkan sesama para anggota tim secara berdekatan sehingga mereka dapat berinteraksi dengan mudah.
 Menyediakan peralatan kursi, meja dan lemari kantor yang sesuai dengan kondisi tubuh dan kegiatan kerja karyawan.
Dalam suatu pengerjaan banyak terjadi kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan menurunnya hasil dari output yang diinginkan. Manusia tidak dapat terlepas dari faktor-faktor penunjang yang akan menentukan kinerjanya. Suhu ruangan dan tingkat kebisingan pada suatu tempat kerja merupakan dua faktor yang mengakibatkan perubahan-perubahan output tadi. Keberadaan seseorang disaat melakukan aktifitas pada ruangan tertentu akan dipengaruhi oleh temperatur dan tingkat kebisingan pada ruangan tersebut.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan temperatur dan tingkat kebisingan pada ruangan tertentu terhadap kinerja seseorang diperlukan beberapa perlakuan untuk menetapkan pada temperatur berapa dan pada tingkat kebisingan berapa seseorang tadi dapat bekerja dengan baik sehingga output yang dihasilkan akan mencapai hasil yang optimal pada setiap kali pengerjaanya.
Manusia sebagai makhluk sempurna tetap tidak luput dari kekurangan, dalam arti segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari diri sendiri (intern), dapat juga dari pengaruh luar (ekstern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi lingkungan kerja, yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia.
(Wignjosoebroto, 1995, hal. 83)

2.1 Temperatur
Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan kondisi normal sistem tubuh dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur ruang adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin. Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya.
Temperatur menjadi variabel penting memelihara lingkungan yang menyenangkan. Walu pun tidak mesti berkata bohong manusia tidak dapat bekerja pada temperatur yang berbeda namun hasil kerja adalah dapat optimal untuk temperatur 20-27 derajat celcius dengan kelembaban 30-50%
Menurut penyelidikan, berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut ini :
• + 49 oC :Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas kemampuan fisik dan mental.
• + 30 oC : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk melakukan kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.
• + 24 oC : Kondisi optimum.
• + 10 oC : Kekakuan fisik yang ekstrem mulai muncul.
Dari hasil penyelidikan didapatkan bahwa produktivitas manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 – 27 derajat Celcius.
Bahaya panas di lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja
(Wignjosoebroto,1995,hal.84)
2.2 Kelembaban
Yang dimaksud kelembaban di sini adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara (dinyatakan dalam %). Kelembaban ini dipengaruhi oleh temperatur udara. Suatu keadaan dimana temperatur udara sangat panas dan kelembabannya tinggi,akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistim penguapan, dan pengaruh lain ialah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen.Tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuhnya dengan suhu disekitarnya. Keseimbangan itu akan memenuhi rumus :
M + R + C – E = 0
M = panas yang diperoleh dari metabolisme
R = perubahan panas karena radiasi
C = perubahan panas karena konveksi
E = hilangnya tenaga karena penguapan
2.3 Siklus udara (ventilation)
Udara disekitar kita mengandung sekitar 21% oksigen, 0,03% karbondioksida, dan 0,9% campuran gas-gas lain. Kotornya udara disekitar kita dapat mempengaruhi kesehatan tubuh dan mempercepat proses kelelahan. Sirkulasi udara akan menggantikan udara kotor dengan udara yang bersih. Agar sirkulasi terjaga dengan baik, dapat ditempuh dengan memberi ventilasi yang cukup (lewat jendela), dapat juga dengan meletakkan tanaman untuk menyediakan kebutuhan akan oksigen yang cukup.
(Wignjosoebroto,1995,hal.85)
2.4 Pencahayaan (Lighting)
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.
Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja juga mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik mobil. Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang. Orang yang sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda.
Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau kabur.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus
berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
b. Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja.
Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan
lampu-lampu tersendiri.
c. Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga
kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan
tugas di malam hari.
Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah.
Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :
a. Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang
menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.
b. Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa sehingga
tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.
c. Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela
yang langsung memasukkan sinar matahari.
d. Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
e. Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu
benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.
Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
a. Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
b. Kelemahan mental.
c. Kerusakan alat penglihatan (mata).
d. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
e. Meningkatnya kecelakaan kerja.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan bangunan tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut :
a. Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu masuknya
cahaya matahari ke tempat kerja.
b. Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup,
seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan.
c. Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti
dengan penerangan lampu yang cukup.
d. Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak
melebihi 32 derajat celsius).
e. Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang
mengganggu kerja.
f. Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar
serta tidak berkedip-kedip.
2. 5 Kebisingan
Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di tempat kerja. Bahkan bunyi yang kita tangkap melalui telinga kita merupakan bagian dari kerja misalnya bunyi telepon, bunyi mesin ketik / komputer, mesin cetak, dan sebagainya.
Namun sering bunyi-bunyi tersebut meskipun merupakan bagian dari kerja kita tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang, bunyi mesin diesel yang melebihi ambang batas pendengaran, dan sebagainya. Bunyi yang tidak kita inginkan atau kehendaki inilah yang sering disebut bising atau kebisingan.
Ada 3 aspek yang menentukan kualitas bunyi yang dapat menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
• Lama bunyi itu terdengar. Bila terlalu lama dapat menyebabkan ketulian (deafness)
• Intensitas –biasanya diukur dengan satuan decibel (dB), menunjukkan besarnya arus energi per satuan luar.
Frekuensi suara (Hz), menunjukkan jumlah gelombang suara yang sampai ke telinga kita per detiknya
Bising memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Bising yang kadangkala dan tak terduga akan lebih mengganggu dari pada bising yang kontinu.
b. Sumber nada tinggi lebih mengganggu dari pada nada rendah.
c. Tugas yang menuntut konsentrasi mental terus-menerus akan lebih mudah diganggu bising dari pada tugas lainnya.
d. Kegiatan yang memerlukan pelatihan lebih mudah terpengaruh bising dari pada pekerjaan rutin.




Skala Intensitas Kebisingan
Tabel 1.2 Kondisi suara dan batas tingkat kebisingannya
Kondisi suara Desibel (dB) Batas Dengar Tertinggi
120 Halilintar
Menulikan 110 Meriam
100 Mesin uap
Jalan Hiruk Pikuk
Sangat Hiruk Pikuk 90 Perusahaan sangat gaduh
80 Pluit polisi
Kantor gaduh
Kuat 70 Jalan pada umumnya
Radio
60 Perusahaan
Rumah gaduh
Sedang 50 Kantor pada umumnya
Percakapan kuat
40 Radio perlahan
Rumah tenang
Tenang 30 Kantor pribadi
Auditorium
20 Percakapan
10 Suara dedaunan
Sangat Tenang Berbisik-bisik
Batas Dengar Terendah
0

Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.
Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan suasana yang bising memaksa pekerja berteriak didalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi (miss communication) atau salah persepsi terhadap orang lain.
Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga juga terbiasa berbicara keras. Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap marah. Lebih jauh kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja.
Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran atau memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB.
Tetapi penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja karena terasa risi adanya benda asing di telinganya. Untuk itu penyuluhan terhadap mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan akhirnya mau memakainya.

2.6 Getaran Mekanis
Getaran mekanis merupakan getaran–getaran yang ditimbulkan oleh peralatan mekanis yang sebagian dari getaran tersebut sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan akibat–akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi getaran dan lamanya getaran itu berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi alami dimana apabila frekuensi ini beresonansi dengan frekuensi getaran akan menimbulkan gangguan. Gangguan–gangguan tersebut diantaranya, mempengaruhi konsentrasi kerja, mempercepat kelelahan, gangguan pada anggota tubuh.
(Sritomo Wignjosoebroto,1995,hal 87)




2.7 UJI PERFORMANSI MOTORIK
Dalam praktikum ini menggunakan uji performansi.dalam alat uji performansi yang digunakan,terdapat 4 macam kemampuan yang diuji,yakni:
1. uji waktu reaksi (reaction time rest)
2. uji waktu pergerakan (movement time rest)
3. uji kecepatan ketukan jari(finger tapping rest)
4. uji koordinasi gerakan (coordination test)
Saat sesi pengukuran performansi dimulai,pengguna akan menemui halaman depan dari interface alat uji performansi.pada interface tersebut terdapat ucapan “selamat datang” dan sedikit penjelasan secara singkat mengenai seperti alat uji yang ditujukan kepada responden.sebuah kotak field yang terletak di bawah,dimaksudkan sebagai isian nama dari responden yang akan melakukan uji performannsi.setelah diisi nama,responden harus mengklik tombol tanda panah yang berada di sisi kanan bawah monitor untukdapat melanjutkan ke menu utama.
Pada halaman menu utama tampak pilihan sesi pengukuran yang akan dilakukan.contoh pemilihannnya adalah “kondisi satu” dan sebelum kerja,untuk melakukan pengkuran performansi pada perlakukan kondisi 1 saat kerja .kemudian responden dapat langsung masuk ke masing-masing uji performansi denagn memilih salah satu tombol uji yang tampak berada disebelah kanan layer monitor.
1.Uji waktu reaksi (reaction time test)
Pada waktu uji reaksi ini pada layer monitor tampak sebuah animasi lampu lalu lintas dengan kondisi lampu merah menyala.berikut dijelaskan yang perlu diperhatikan dalam melakukan uji ini:
a. saat lampu merah pada animasi menyala,hal ini menandakan uji belum dapat dimulai.
b. untuk memulai uji tekan tombol berbentuk kotak yang terletak disamping.
c. setelah tombol ditekan,lampu kunig pada animasi akan menyala yang menandakan peringatan bagi responden untuk waspada pada stimulus yang akan datang (lampu hijau menyala)beberapa saat setelahnya.
d. saat lampu hijau menyalaresponden diminta merespon denagn menekan tombol kembali secepat-cepatnya.
e. uji ini akan berakhir setelah responden melakukan 5 kali respon stimulus dengan benar
f. hasil uji waktu reaksi responden langsung ditampilkan secara sekilas dilayar monitor
g. kemudian click tombol ulanngin jika dirasa perlu untuk mengulangui uji,atau clickl tombol back to menu jika ingin langsung kembali kemenu untama.

2.Uji waktu pergerakan(movement time test)
Pada uji ini, pada layar monitor tampak sebuah lingkaran kecil berwarna merah. Untuk melakukan uji ini, berikut dijelaskan langkah-langkah yang perlu diperhatikan responden :
a. Responden diminta untuk meng-click animasi lingkaran merah pada yang tampak dengan menggunakan mouse.
b. Setelah di-click, seketika itu lingkaran merah akan berpindah secara acak pada suatu titik dengan jarak tertentu.
c. Responden diminta untuk terus mengejar dan meng-click lingkaran merah tersebut sampai uji ini berakhir (uji berakhit setelah lingkaran merah telah berpindah tempat sebanyak 15 kali).
d. Data hasil uji waktu pergerakan dari tangan responden langsung ditampilkan secara sekilas di layar monitor kemudian click tombol “ulangi” jika dirasa perlu untuk mengulangi uji dan click tombol “back to menu” jika ingin kembali ke menu utama.

3. Uji Kecepatan Ketukan Jari (Finger Tapping Test)
Dalam uji kecepatan ketukan jari yang harus dilakukan tiga kali berturut-turut, pada layar monitor tampak sebuah animasi tombol berwarna merah. Tugas dari responden adalah hanya meng-click tombol tersebut dengan menggunakan mouse sebanyak mungkin dalam rentang waktu yang telah disediakan. Setelah waktu habis, data kecepatan ketukan jari langsung ditampilkan, kemudian click tombol “ulangi” untuk mengulangi uji, dan click tombol “back to menu” untuk langsung kembali ke menu utama.

4. Uji Koordinasi Gerakan (Coordination Test)
Dalam uji yang harus dilakukan sebanyak berturut-turut ini, pada layar monitor tampak dua buah tombol berwarna merah yang saling bersebelahan dan terpisah pada suatu jarak tertentu. Untuk memulai uji, responden diminta untuk menekan tombol yang berada di sebelah kiri terlebih dahulu untuk kemudian menekan tombol yang lainnya sesegera mungkin dengan menggunakan mouse sehingga responden melakukan gerakan perpindahan tangan ke kiri dan ke kanan secara terus menerus sampai batas waktu yang diberikan habis. Data hasil pengujian tersebut langsung ditampilkan pada layar monitor kemudian click tombol “ulangi” untuk mengulangi uji, dan click tombol “back to menu” untuk langsung kembali ke menu utama.

No comments:

Post a Comment